Saatnya Masyarakat Adat Bersatu, Menuju Pertani Maju dan Sejahtera di Tapsel

TAPSEL – Lembaga Adat Harahap Ompu Sarudak Tapanuli Selatan menyoroti kehidupan para petani di lahan pertanian sawah yang sangat sedikit.

Sebab, menurutnya perlu ada pola migrasi ke desa lain yang memiliki lahan luas untuk meningkatkan ekonomi, mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

Sekretaris Lembaga Adat Harahap Ompu Sarudak Tapanuli Selatan, Suheri Harahap mengatakan hal tersebut terjadi karena kepala desa (Kades) kurang serius memberi dukungan pemberdayaan Bumdes.

Sehingga, kata Suheri, petani tidak memiliki modal bersama untuk penguatan Koperasi Unit Desa (KUD) dan pelatihan bidang pertanian serta penggunaan teknologi untuk penguatan RDKK belum tercapai.

“Kepala desa belum serius memberi dukungan pemberdayaan Bumdes, petani tak memiliki modal bersama perlu penguatan koperasi unit desa juga pelatihan bidang pertanian, penggunaan teknologi (data petani digital) untuk penguatan RDKK belum tercapai,” tegas Suheri Harahap via perpesanan, Senin (17/1/2022).

Dikatakan Suheri, kerja keras penyuluh pertanian membantu petani lewat kelompok tani yang memiliki lahan tidak maksimal.

Bahkan, kesadaran masyarakat akan manfaat kelompok tani masih kurang akibat pengelolaan yang tertutup hanya untuk mengejar anggaran dan bantuan.

“Kapan pertanian bisa maju di Tapsel? Meski ada program kerjasama dengan BNI untuk database tapi mentalitas bertani juga perlu terus dikuatkan data petani dan pemilik lahan,” bebernya

Disamping itu, lanjut Suheri, masih banyak sumber kehidupan belum dikelola dengan cara modern dan menjaga kearifan lokal seperti sawah, palawija, kacang, cabe, kunyit, lengkuas, padi darat, sawit, karet, pinang, kemiri, salak dan gula aren.

Pola pikir dan etos kerja harus sejalan

Dalam kesempatan itu, Suheri mendorong generasi muda desa seperti NNB (Naposo Nauli Bulung) sebagai ‘Pagar Ni Huta’ harus punya lahan.

“Jangan hanya mereka yang kuat secara ekonomi dan politik mengejar investor luar masuk menguasai lahan atas nama negara,” tegasnya.

Bukan tanpa alasan, katanya, perluasan lahan tambang emas akan terus berkelanjutan, sehingga masyarakat kesulitan melawan investor dan yang terjadi hanya ganti rugi pelepasan hak atas tanah-tanah rakyat.

“Pola lama atas nama perluasan lahan tambang emas akan terus berlanjut, sulit masyarakat melawan investor yang terjadi ganti rugi, pelepasan hak atas tanah-tanah rakyat akibat di bawah tanah kita terdapat emas, batubara dll,” pungkasnya.

Padahal masih banyak peluang usaha di desa yang menggembirakan seperti pengelolaan lidi sawit, pembukaan kios pupuk, obat, alat pertanian, bisnis UMKM hasil pertanian dan perkebunan.

“Semangat hidup dalam kemiskinan akan berlanjut jika tidak diputus mata rantai pola petani yang kesulitan permodalan dan ketersediaan pupuk dan lahan,” katanya.

Disisi lain, tegas Suheri, dampak PLTA ke sungai Batang Toru berakibat ke pertanian dan perkebunan masyarahat di Kecamatan Angkola Sangkunur, seperti di desa Sibara-bara sekitarnya, tanahnya subur tapi lahan luas sulit dimanfaatkan.

Sehingga Ia pun mempertanyakan bagaimana konsep pembangunan pertanian berkelanjutan yang sudah digerakkan Pemkab Tapsel perlu dievaluasi akibat lahan/tanah terlantar belum dimanfaatkan secara maksimal. Masih terdapat ‘klaim’ atas tanah-tanah adat .

“Kekuriaan dan tanah negara yang perlu diberikan ke masyarakat oleh Dinas Kehutanan yang dikelola secara bersama lewat kelompok tani hutan,” imbuhnya.

Menuju penataan hutan dan legalitas masyarakat adat atas tanah ulayat, kata Suheri, harus dikaji secara mendalam agar manfaat lahan dirasakan masyarakat untuk bercocok tanam, bukan di telantarkan apalagi diberikan pelepasan hak atas tanah yang dianggap tanah adat.

Masyarakat adat harus memperkuat konsep pertanian dan merujuk pada dasar/aturan UUD 1945 pasal 33 ayat 1, 2 dan 3. UU Nomor 5 tahun 1999 tentang Agraria.

Selain itu, PP nomor 20 tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Terlantar (Peraturan terbaru sekaligus mencabut peraturan-peraturan terdahulu).

“Saatnya masyarakat adat bersatu, mengawal, mengelola, memanfaatkan dan mengusahai agar ekonomi petani meningkat di Tapanuli Selatan. Bersatu kita kuat,” tutupnya. (Irul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *