Semburan Lumpur Panas di Madina, IPM Desak Gubernur Sumut Cari Solusi

MADINA | Jelajahnews – Ketua Ikatan Pemuda Mandailing (IPM), Tan Gozali Nasution, menyampaikan kritik terhadap Gubernur Sumatera Utara, Bobby Afif Nasution, mengenai semburan lumpur panas yang terjadi di wilayah tersebut.

Tan Gozali Nasution menilai bahwa Gubernur Sumut terlalu tergesa-gesa mengeluarkan pernyataan bahwa semburan lumpur panas tersebut sudah mereda dan terjadi secara alamiah tanpa ada pengaruh dari kegiatan geothermal.

Pernyataan ini dianggap prematur mengingat hasil laboratorium terkait semburan tersebut belum dirilis secara resmi.

“Gubernur Sumut terlalu cepat menyimpulkan bahwa semburan ini murni terjadi secara alamiah dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan geothermal.

Padahal, hasil laboratorium yang seharusnya menjadi dasar pernyataan itu belum dirilis secara resmi,” tegas Tan Gozali, Selasa (13/05/25) ke awak media.

Menurut Tan Gozali, ada kemungkinan bahwa karena kejadian ini terjadi di daerah asal Gubernur, maka ia begitu antusias mengambil langkah cepat dan mungkin sudah menerima informasi awal dari Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE).

“Mungkin karena kejadian ini berada di daerah asalnya, Gubernur terkesan terburu-buru dalam menyampaikan pernyataan tanpa menunggu hasil laboratorium. Bisa saja beliau sudah mendapat bocoran informasi dari pihak terkait,” tambahnya.

Lebih lanjut, Tan Gozali mengungkapkan kekecewaannya terhadap pernyataan Gubernur yang langsung mematahkan harapan masyarakat terdampak untuk mendapatkan ganti rugi atas kerusakan lahan akibat semburan lumpur panas.

“Yang paling membuat kami miris adalah pernyataan Pak Bobby yang seolah langsung menutup harapan masyarakat untuk mendapatkan ganti rugi. Kebun-kebun masyarakat tidak bisa lagi digarap, tapi hak mereka seolah-olah diabaikan begitu saja,” ungkapnya.

Tan Gozali menekankan bahwa seharusnya pemerintah mencari solusi terkait penanganan dampak semburan tersebut agar kerugian masyarakat tidak semakin besar.

Tidak hanya pemilik kebun yang terdampak, tetapi juga warga yang menggunakan air tercemar akibat aliran lumpur, termasuk air untuk kebutuhan sehari-hari dan aliran ke masjid serta persawahan.

“Kami hanya berharap ada langkah konkret dari pemerintah untuk mengurangi dampak semburan ini. Tidak hanya memperhatikan lahan yang rusak, tapi juga sumber air yang tercemar dan kebutuhan masyarakat sehari-hari,” tutup Tan Gozali. (JN-Irul)