TAPSEL | Tragedi memilukan terjadi di Desa Panabari, Kecamatan Tanah Tombangan (Tantom), Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel). Selasa sore, 29 April 2025 yang lalu.
Seorang pemuda setempat, Hendri Erison Munthe (30), meregang nyawa setelah tubuhnya dihantam pohon besar saat aktivitas pembukaan jalan di lokasi yang diduga kuat sebagai pusat aktivitas ilegal logging.
Insiden tragis ini terjadi memicu gelombang kemarahan masyarakat. Kejadian ini pertama kali viral melalui grup Facebook Tanotombangan Community Group .
Vidio viral ini dengan unggahan berjudul “Ilegal Logging di Panabari Menelan Korban Jiwa”, yang sontak membakar emosi warga Tapsel dan netizen Indonesia.
Menurut keterangan di lapangan, alat berat perusahaan sedang membuka akses jalan baru di tengah hutan. Tanpa peringatan, sebuah pohon tumbang dan menghantam Hendri hingga tewas di tempat.
Bukannya mengevakuasi atau memberi kabar kepada keluarga, pihak perusahaan justru mengangkut korban ke RS P.sidimpuan diam-diam, dan melanjutkan aktivitas pemalakan hutan tanpa rasa bersalah.
Lebih ironis lagi, korban baru diberitahu keluarganya setelah truk-truk pengangkut kayu keluar dari lokasi. Bahkan jenazah Hendri dibawa pulang dalam kondisi sudah diformalin, tanpa izin keluarga. Ini bukan hanya pelanggaran etika, ini penghinaan terhadap nyawa manusia.
Lurah Panabari, Hasan Pasaribu, membenarkan kejadian tersebut.
“Korban tewas karena tertimpa kayu dari alat berat yang sedang membuka jalan untuk kepentingan usaha perusahaan,” ujarnya lewat telepon ke awak media.
Namun publik bertanya-tanya, Di mana Dinas Kehutanan? Di mana aparat kepolisian? Di mana pemerintah daerah? Siapa yang mengizinkan aktivitas ini terus berjalan? Mengapa tak satu pun dari mereka menghentikan pembalakan liar yang kini secara harfiah sudah memakan korban jiwa?.
Menanggapi hal ini, Forester Indonesia lembaga lingkungan hidup, Riski Sumanda, Senin (05/05/25), menyebutkan, tragedi ini mencerminkan betapa lemahnya pengawasan, atau justru kuatnya dugaan permainan busuk antara pengusaha tamak dan pejabat culas.
Sumanda juga mengatakan, Hendri bukan sekadar korban kecelakaan, dia adalah korban dari sistem yang rusak sistem yang rela membiarkan rakyat kecil mati demi keuntungan segelintir elite.
“Hutan rusak, rakyat melayang. Sampai kapan kita diam?. Tragedi Panabari bukan berita lokal biasa. Ini adalah alarm kebangkitan moral.
Dunia harus tahu, bahwa di balik kemegahan proyek-proyek pembangunan, masih ada warga yang kehilangan nyawa karena negara abai,” ungkapnya. (JN- Irul)