P.SIDIMPUAN | Jelajahnews – PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) dinilai bungkam atas kematian seekor anak Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) di area proyek.
Hal itu dinilai ketika awak media mengkonfirmasi terkait hal tersebut kepihak PT.NSHE Tapanuli Selatan yang hanya diam seribu bahasa tanpa memberikan penjelasan yang lebih rinci.
“Iya…kalau begitu saya tidak ada komen bng, karena memang saya bukan juru bicara. Saya hanya narahubung,” ketik Supervisor Komunikasi Direktorat Urusan Eksternal PT NSHE, Soeseno Hendro melalui pesan What’s App.
Selasa (24/09/24).
Ketika awak media meminta agar dihubungkan kepihak yang berwenang dalam hal kematian seekora anak orangutan tersebut, Soesono mengatakan bahwa akun email yang dikirimnya itu adalah semua pimpinan yang berwenang menjawab konfirmasi yang dilontarkan awak media.
“Lah, itu email bos-bos semua,” sebutnya di pesan What’s App.
Sebelumnya dalam pesannya pada 17 September 2024, Soeseno menyarankan untuk mengirimkan email langsung ke beberapa alamat email yang disebutkan sebagai berikut:
– octa.dhamayanto@hydro-nshe.com
– soeseno.hendro@hydro-nshe.com
– yosep.budiarto@hydro-nshe.com
– arie.dedy@hydro-nshe.com
– iqbal.nizar@hydro-nshe.com
Namun, hingga saat ini, pihak yang dihubungi melalui email tersebut belum memberikan balasan atau tanggapan resmi atas permintaan konfirmasi dari Awak media.
Ketidakadaan respons dari PT NSHE memunculkan pertanyaan mengenai transparansi perusahaan dalam menangani isu-isu penting, khususnya yang berkaitan dengan konservasi satwa liar di sekitar proyek mereka.
Kematian Orangutan Tapanuli, yang merupakan spesies langka dan dilindungi, bukanlah permasalahan yang bisa dianggap sepele. Ini adalah insiden kedua yang dilaporkan terjadi di area proyek PT NSHE dalam beberapa bulan terakhir, dengan kejadian serupa.
Sebelumnya dilaporkan pada Juni 2024. Fakta bahwa perusahaan belum memberikan klarifikasi resmi menunjukkan adanya kurangnya komunikasi yang terbuka dan transparan kepada publik serta media.
Sejauh ini, Awak media telah mengirimkan surat resmi untuk meminta konfirmasi terkait beberapa hal penting, di antaranya:
1. Kondisi dan Kronologi Kejadian
Apakah PT NSHE mengetahui kejadian kematian Orangutan Tapanuli ini, dan jika ya, bagaimana kronologi lengkap dari kejadian tersebut di area proyek mereka?
2.Upaya Perlindungan Satwa
Apa saja langkah-langkah yang telah diambil oleh PT NSHE untuk melindungi ekosistem Batangtoru dan satwa-satwa dilindungi seperti Orangutan Tapanuli?
3.Tindakan Pasca Kejadian
Tindakan apa yang akan dilakukan oleh PT NSHE untuk mencegah insiden serupa di masa mendatang? Adakah upaya untuk bekerja sama dengan lembaga konservasi guna menjaga kelangsungan hidup satwa liar di kawasan tersebut?
4.Koordinasi dengan Pihak Berwenang
Apakah PT NSHE telah berkoordinasi dengan pihak berwenang seperti Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut terkait insiden ini? Jika ada, seperti apa hasil koordinasi tersebut?
Dengan ketidaktanggapan yang terus berlanjut dari pihak PT NSHE, publik layak mempertanyakan sejauh mana komitmen perusahaan dalam menjaga lingkungan dan satwa liar di sekitar area proyek mereka.
Apakah PT NSHE benar-benar peduli pada kelangsungan hidup spesies terancam seperti Orangutan Tapanuli, ataukah mereka hanya sekadar memberikan janji tanpa tindakan nyata?
Keheningan ini tidak hanya merugikan reputasi perusahaan, tetapi juga menimbulkan kecurigaan akan ketidakseriusan PT NSHE dalam menanggapi masalah ini secara profesional.
Hingga tanggapan resmi diberikan, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terus bergema di benak masyarakat yang peduli terhadap lingkungan dan konservasi.(P.Harahap)