MEDAN – Chairul Amri (34) seorang wartawan media online tobapos.co yang mengalami tindakan kekerasan berupa penculikan dan penyiksaan di Jalan Bajak 5 Amplas Kota Medan resmi membuat laporan pengaduan di Polrestabes Medan, Rabu (20/4/2022).
Laporan itu tertuang dalam nomor : LP/1284/IV/2022/SPKT/POLRESTABES MEDAN/POLDA SUMATERA UTARA tertanggal 20 April 2022.
Sebagai terlapor diduga pelakunya inisial AF oknum wartawan dkk dan diduga otak pelaku inisial T diduga seorang oknum TNI.
Diperoleh informasi, korban telah melakukan visum di RS Bhayangkara Medan, dan memberikan keterangan kepada dokter yang memeriksa korban.
Korban mengalami sakit di bagian kepala belakang yang disebut akibat dipukuli oleh para pelaku dengan botol mineral besar yang berisi air, juga bagian pipi bengkak, bagian ulu hati bengkak serta telinga terasa sakit nyeri.
“Kepalaku dipukuli terus-menerus dengan botol aqua besar yang penuh berisi air bang, jadi selalu pusing kepalaku dibuatnya, muntah-muntah aku jadinya dan mau tidur aja susah,” ungkap Chairul Amri kepada wartawan, Rabu (20/4/2022).
Usai melakukan visum di RS Bhayangkara, lantas korban pergi menuju Denpom I/5 Medan untuk membuat laporan resmi. Hal itu dimaksudkan bahwa pelaku diduga seorang oknum TNI yang belum diketahui di kesatuan mana oknum tersebut bertugas.
Namun sayang, laporan korban tidak dapat diterima di piket Denpom 1/5 Medan, dengan alasan pelaku yang sipil harus terlebih dahulu ditangkap, baru kemudian pihak kepolisian menyurati Denpom untuk menjerat oknum TNI yang dimaksud.
Alasan lainnya oleh piket Denpom, korban harus mengetahui jelas apa pangkat, nama dan tempat tugas si oknum TNI yang dimaksud ikut terlibat.
Kepada wartawan, Chairul Amri memberikan pernyataan, ia akan terus berjuang mencari keadilan, akan mendatangi POM DAM I/BB, kemudian meminta kepada Pangdam I/BB Mayjen TNI Achmad Daniel Chardin, bila mana terbukti bersalah anggotanya agar dihukum dengan tegas.
Kepada Kapolda Sumut Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak, korban berharap laporannya segera diproses, supaya para pelaku cepat ditangkap, sebab saat ini para pelaku dan kaki tangannya tetap mengintimidasi melalui seluler.
Sebelumnya diberitakan, tindakan kekerasan berawal korban diculik dan disekap lalu dianiaya secara beramai-ramai tanpa peri kemanusian.
Peristiwa itu bermula pada Senin (18/4/2022) sekira pukul 22.00 WIB. Dengan modus adanya pekerjaan, korban Chairul Amri saat sedang di rumahnya di Jalan Amal, Kota Medan diajak teman seprofesinya berinisial AF.
Karena merasa telah kenal lama, korban pun mau saja ikut. Namun ternyata ajakan itu hanya tipu daya belaka, AF membawa Chairul Amri ke sebuah tempat di kawasan Jalan Bajak 5, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan, Sumatera Utara.
Setelah tiba di tempat tersebut, Chairul Amri ternyata hendak dihadapkan dengan seorang pria yang disebut-sebut merupakan seorang oknum TNI.
Sempat terjadi perbincangan sebentar, lalu korban Chairul Amri tiba-tiba dipukuli secara bertubi-tubi oleh sekelompok pria yang memang sudah berkumpul di sekitar tempat kejadian yang diduga telah menyusun rencana jahat sebelumnya.
Merasa dirinya terancam dan kapan saja bisa terbunuh, korban hanya menurut dan manut saja dengan apa yang dituduhkan kepadanya.
“Ada sebuah pekerjaan yang dimintai tolong Bapak (oknum aparat) itu sama ku, tapi memang belum terlaksana karena sesuatu kondisi, mungkin itulah sebabnya aku diperlakukan seperti ini,” terang korban.
Tidak berhenti sampai disitu, beberapa jam kemudian, Chairul Amri kembali dibawa dengan menggunakan sepeda motor ke sebuah tempat tertutup, masih di kawasan Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan.
Masih merasa belum puas, para pelaku kembali menghujani tubuh Chairul Amri dengan pukulan-pukulan, makian dan termasuk AF turut menganiaya juga.
“Sakit kali badanku semua bang, telinga ku ini sepertinya yang parah, sulit sudah mendengar,” rintih Chairul Amri.
Hingga Selasa (19/4/2022), sekira pukul 03.00 WIB dini hari, korban yang sudah terkulai lemas dan tak berdaya lagi, korban baru dilepaskan para pelaku.
Sebelum dilepas, para pelaku juga mengintimidasi korban untuk membuat surat penyataan. Karena merasa takut dan dibawah ancaman dengan taruhan nyawa, Chairul Amri pun dengan terpaksa mengiyakan saja. (JNS/BTM)