Tapsel– Sangat disayangkan lahan persawahaan di wilayah Tapanuli Selatan (Tapsel) setiap tahun menyempit. Hal itu disebabkan karena alih fungsi lahan sawah menjadi permukiman dan kawasan industri.
Akibatnya, air dari jalur irigasi persawahaan tidak optimal membuat minat bertani berkurang sehingga
kebutuhan pangan penduduk Tapanuli Selatan semakin menurun.
“Saat ini luas lahan pertanian khususnya padi tinggal 13.636 hektare saja dari sebelumnya di tahun 2020 seluas 17.800 Hektar,” ungkap Sekretaris Dinas Pertanian Tapsel, Mhd Taufik Batubara mengatakan kepada awak media Rabu(28/12/2022).
Menurutnya, wilayah Kabupaten Tapsel tidak semuanya daerah pertanian. Dengan kondisi lahan di bandingkan lahan dahulu, dirinya melihat dari data menaik yang artinya selama produktifitas sawah di wilayah Tapsel penghasilan padi sebanyak 5,13 ton per hektar.
Untuk Kecamatan potensi lahan persawahan seperti Batang Angkola, Tantom dan Sipirok itu bisa mencapai 8 ton per hektar.
Jadi kenaikan produktifitas dari tahun sebelumya di bandingkan tahun sekarang menaik, kalau produksi padi berkurang karena luas berkurang dari 17.800 hektar menjadi 13.636 hektar.
Sebelumnya banyak program-program pemerintah dengan membuat percetakan sawah tapi program ini selalu gagal diakibatkan dari sudut tata ruang kehutanan untuk luas lahan cetak itu terbentur di ruang kehutanan, jadi kendalanyaa ada di situ.
Solusinya, mempertahankan luas lahan persawahan kita dengan mendukung LP2B (Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan). Untuk kendalanya, lahan sawah yang di pakai itu sebagaian bukan lahan petani tapi lahan pemodal atau toke.
“Jadi solusinya mengoptimalkan lahan-lahan marginal, kita optimalkan lahan-lahan tidur dan membuat perda LP2B mengoptimalkan lahan-lahan tidur.
Masyarakat juga harus bisa menyesuaikan lahan dengan pertamanan, jangan di paksakan lahan sawah lahan kebun, bukan kita mendiskriminasi, tapi perkebun sudah luas,” terangnya. (JN-Irul)