P.SIDIMPUAN| Jelajahnews – Sebuah kisah pilu dan mengerikan mengguncang Kota Padangsidimpuan! Seorang anak kecil, YHS (bukan nama sebenarnya), yang telah kehilangan kedua orang tuanya.
Di saat ia seharusnya mencari kehangatan dan perlindungan dari keluarga terdekat, justru mimpi buruk yang tak terbayangkan menghantuinya di rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung.
Kisah pilu ini datang dari Perumnas Pijorkoling, P.Sidimpuan Tenggara. YHS, yang masih belia, diduga kuat menjadi korban serangkaian kekerasan seksual.
Kelakuan bejat itu dilakukan paman kandungnya sendiri, SL, dan dua orang anaknya atau sepupu korban, AYL dan S (nama samaran) yang seharusnya melindunginya menjadi iblis baginya.
Masa Kecil yang Direnggut: Dimulai Sejak Usia 10 Tahun
Menurut cerita pilu dari abang kandung YHS, Dodi (nama samaran), luka batin adiknya ini bermula sejak tahun 2019. Saat itu, YHS baru menginjak usia 10 tahun.
Di bawah dalih tertentu, sang paman, SL, diduga membawa YHS ke kebun miliknya di Jalan By Pass Padangsidimpuan.
Di sanalah, pelaku meraba-raba tubuh sensitif korban sembari pelaku memainkan kemaluannya sendiri (Coli). Pamannya yang dianggap pengganti orang seharusnya memberikan kasih sayang berubah menjadi perbuatan yang merobek kehormatan keponakanya.
Tak hanya sekali, Dodi mengungkapkan dengan suara bergetar, perbuatan keji pamannya itu diduga berulang hingga lima kali di tahun yang sama. Tiga di antaranya bahkan diduga merupakan persetubuhan.
Pengkhianatan Bertubi-tubi: Sepupu Korban Ikut Melukai
Ironisnya, penderitaan YHS tak berhenti di situ. Dua orang anak SL atau sepupu korban, yang seharusnya menjadi saudara sepermainan, justru diduga ikut terlibat dalam perbuatan yang sama.
AYL diduga melakukan pemerkosaan sebanyak tiga kali dan pencabulan satu kali antara tahun 2022 hingga 2023. Sementara S, dengan tega, diduga menyetubuhi YHS sebanyak dua kali dan melakukan perbuatan meraba-raba tubuhnya satu kali.
Sebuah Pengakuan yang Memilukan: “Aku Sudah Dirusak…”
Bagaimana kejahatan ini akhirnya terungkap? Semuanya berawal dari larangan seorang kakak YHS agar adiknya tidak keluar rumah pada malam hari. Jawaban polos namun menghancurkan hati dari YHS-lah yang membuka kedok kebiadaban ini.
Dengan polosnya, YHS mengatakan bahwa dirinya sudah “dirusak” oleh pamannya sendiri. Sebuah pengakuan yang membuat hati keluarga hancur berkeping-keping.
Keadilan Harus Ditegakkan, Harapan di Tengah Kepedihan
Kini, keluarga YHS telah melaporkan kejadian mengerikan ini kepada pihak berwajib. Di tengah kepedihan yang mendalam, harapan akan keadilan menjadi satu-satunya pegangan mereka.
Mereka berharap agar para pelaku yang tega merenggut masa depan YHS mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka.
Lebih dari itu, mereka berharap agar YHS mendapatkan pendampingan psikologis yang intensif untuk memulihkan trauma mendalam yang pasti membekas seumur hidupnya.
Kawal Kasus Ini, Jangan Biarkan Keadilan Terabaikan
Menanggapi hal ini, Bangsa Institute, Soleh Siregar,SH,MH mengungkapkan, Kisah YHS adalah jeritan pilu yang seharusnya menggugah hati nurani kita semua.
“Bagaimana mungkin seorang anak yatim yang mencari perlindungan justru menemukan neraka di tengah keluarganya sendiri,” ujarnya.
Kasus ini adalah pengingat yang menyakitkan tentang betapa rentannya anak-anak, terutama mereka yang tidak memiliki orang tua untuk melindungi.
“Mari kita bersama-sama mengawal kasus ini. Jangan biarkan keadilan terabaikan. Suara untuk YHS harus terus kita gaungkan agar tidak ada lagi anak-anak lain yang mengalami nasib serupa.
Kita semua bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman dan melindungi bagi setiap anak,” cetusnya. (JN-Irul)