Aparat Terkait Diminta Tangkap Perambahan Hutan Tapsel Ganggu Habitat Harimau Sumatera

TAPSEL  – Direktur Forester Indonesia dan Peta Keberadaan Harimau Sumatera Riski Sumanda meminta kepada pihak aparat terkait untuk menangkap pelaku yang illegal Logging yang semakin meresahkan di wilayah Tapsel.

Konsorsium Peneliti Harimau Sumatera (Fanthera Tigris Sumatrae) juga mengecam adanya illegal logging dan pembalakan liar yang terjadi di kawasan hutan di Landschap Hutan lindung Angkola yang dapat mengancam kepunahan habitat harimau sumatera.

Perlu diketahui bersama dimana habitat harimau sumatera di hutan angkola mempunyai grinds yang dikenal di kehutanan di *N08W19* dan beberapa sub grids.

Forester Indonesia selaku NGO yang berfialiasi dengan kementerian lingkungan Hidup dan kehutanan yang sudah melakukan penelitian lebih dari 13 tahun di wilayah hutan Angkola, Hutan sm barumun dan taman nasional batang gadis (TNBG).

13 tahun Forester Indonesia didukung pendanaan penelitian oleh luar negeri dan dalam negeri untuk melakukan pemantauan satwa dilindungi.

Dalam hal ini untuk mencegah kerusakan hutan yang lebih parah dan kepunahan Harimau Sumatera, operasi pemberantasan pembalakan liar yang dilakukan jajaran Polda Sumatera Utara, akan dilaksanakan lebih gencar lagi,” kata Direktur Forester Indonesia Riski sumanda, Selasa (28/3/2023) sore.

” Kita tidak mau terjadi lagi adanya konflik antara harimau dengan manusia, sebab adanya ratusan hektare hutan saat ini sudah beralih fungsi jadi lahan perkebunan Di kawasan Mosa desa Gunung Baringin dan Sipirok Kabupaten tapsel, salah bukti habitat harimau sumatera terganggu,” cetusnya.

Dia menjelaskan, Harimau Sumatera tinggal beberapa puluh ekor lagi. Jika hutan sebagai habitatnya terus dirusak oleh penebang pohon secara ilegal (illegal logging), itu akan mengancam keberadaan harimau dan satwa lainnya.

Menurut dia, rasio keterbatasan penjaga hutan dan luasnya hutan tidak seimbang, sehingga menjadi penyebab kurangnya pengontrolan untuk aksi pembalakan liar.

Penebangan hutan secara ilegal di wilayah Tapsel dan sekitarnya berdampak terhadap kelestarian harimau sumatera.

Harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) merupakan satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sumatera ini berstatus spesies terancam kritis, berisiko tinggi untuk punah di alam liar.

Untuk melindunginya dari ancaman kepunahan, selain menghentikan pembalakan liar, pihaknya mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian dengan cara tidak menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi itu dalam keadaan hidup atau mati.

Kemudian tidak memasang jerat, racun, pagar listrik tegangan tinggi yang dapat menyebabkan kematian harimau Sumatera dan satwa liar dilindungi lainnya.

Untuk itu Riski sumanda mengajak semua pihak untuk terus menjalin kerja sama dengan instansi terkait seperti kepolisian, TNI dan masyarakat bersama-sama melawan kejahatan lingkungan hidup dan kehutanan.

Sebelumnya, awal tahun 2023, harimau sumatera kembali muncul di Dusun Aek Jahengna, Desa Biru, Kec. Aek Bilah, Kab. Tapanuli Selatan.

Warga melaporkan adanya penampakan binatang buas ini yang terlihat melintas di kebun warga pada Minggu, 8 Januari 2023.

Laporan warga ini kemudian direspons dengan cepat oleh petugas BBKSDA Sumatera Utara melalui Seksi Konservasi Wilayah V Sipirok dengan melakukan pengumpulan data dan keterangan (pulbaket) di lokasi.

Dikutip dari laman ksdae.menlhk.go.id, dari penelusuran serta pengumpulan data maupun keterangan, ditemukan adanya beberapa jejak yang diduga kuat adalah jejak harimau.

Diperoleh juga informasi bahwa Desa Biru merupakan pusat dari Kecamatan Aek Bilah.

Harimau kerap terlihat muncul melintas, di mana lintasan harimau berada di jalan desa antara Dusun Aek Jahengna dengan induk Desa Biru.

Di Dusun Aek Jahengna terdapat sekitar 25 kepala keluarga. Dusun ini berbatasan langsung dengan hutan produksi terbatas.

Diduga penyebab keluarnya si raja hutan akibat adanya aktivitas illegal logging di hutan sekitar desa.

Selain itu juga diduga harimau berburu babi hutan yang ada di sekitar ladang, karena saat ini lagi musim panen padi.

Petugas juga mengingatkan agar pelajar selalu didampingi orangtua saat berangkat maupun pulang sekolah

Upaya penanganan yang dilakukan petugas adalah dengan memberikan sosialisasi kepada warga agar selalu waspada dalam melakukan aktivitas, khususnya saat berladang.

Diimbau agar segala aktivitas dilakukan secara berkelompok.Orang tua juga diharapkan untuk mendampingi anak-anak yang bersekolah mengingat lokasi sekolah dasar yang berada di Desa Biru jaraknya 3 km dari Dusun Aek Jahengna yang diperkirakan merupakan lintasan harimau sumatera. (JN-Irul)