Memanas! Tudingan Masinton ke LBP Dianggap Keterlaluan dan Tak Punya Etika

TOBA – Berbagai tudingan negatif yang di alamatkan kepada Menteri Koordinator Kemarves Luhut Binsar Panjaitan (LBP) banyak menganggap sebagai sikap yang keterlaluan dan tidak etis.

Salah satu tudingan yang dianggap keterlaluan dan tidak etis itu seperti yang dilontarkan oleh Masinton Pasaribu.

Lantas, sejak Masinton mengeluarkan pernyataan kepada LBP, kini berbanding terbalik justru mendapat kecaman balik dari seorang sosok putra Batak yang lima tahun terakhir aktif dalam kegiatan sosial di tanah kelahirannya Kabupaten Toba, Sumatera Utara.

Parlin Sianipar, sosok pensiunan dari salah satu Kementerian menganggap bahwa pernyataan dari Masinton Pasaribu tersebut dianggapnya sebagai sikap yang keterlaluan bahkan tidak etis.

Dilansir dari berbagai pemberitaan, Senin 11 April 2022 disebutkan bahwa politikus PDIP itu berbicara soal demonstrasi mahasiswa terkait penundaan pemilu. Masinton meminta agar demonstrasi mahasiswa dimaknai sebagai kritik kepada elite tua yang serakah dan rakus jabatan.

“Aksi demonstrasi massa mahasiswa harus dimaknai sebagai kritik dan perlawanan anak muda terhadap elite tua yang rakus jabatan dan serakah ingin menguasai sumber daya kekayaan alam Indonesia. Bahkan untuk mencapai tujuan keserakahannya secara terang-terangan berupaya membajak konstitusi dan menenggelamkan demokrasi. Panjang umur pemuda Indonesia melawan keserakahan elite tua rakus pembajak konstitusi,” kata Masinton Pasaribu.

Penyataan itulah yang menjadi sorotan dan keresahan dari sosok Parlin Sianipar. Kepada jelajahnews.id Parlin mengemukakan keresahannya, dimana tudingan Masinton terhadap LBP termasuk menyuruh LBP mundur, dinilainya telah melampaui batas kewajaran dalam tradisi adat ketimuran khususnya bagi sesama orang Batak.

“Kalaupun menurut penilaian Masinton, pak LBP salah, kan masih ada bahasa yang lebih santun untuk disampaikan ke publik, dia seorang pejabat publik dan yang dituding juga pejabat publik, Menteri sosok sepuh orang Batak,” tegas Parlin Sianipar, ditulis Rabu (13/4/2022).

Maka seyogyanya, lanjut Parlin, bahasa dan narasi yang disampaikan Masinton ke publik seharusnya dapat mengedukasi generasi yang lebih muda dan bukan justru sebaliknya.

“Siapa saja boleh tak sependapat tetapi bukan untuk memancing kegaduhan dan permusuhan,” katanya dengan nada kecewa.

Parlin juga menegaskan bahwa budaya Batak itu sangat kental dengan ajaran kesopanan dan kesantunan serta selalu ada perbedaan panggilan terhadap seseorang sesuai dengan usia atau umur.

“Saya kenal dengan Masinton saat dulu dianya minta dukungan kepada orang Batak yang ada di wilayah Tebet Jakarta Selatan, jadi dia sebagai orang Batak tidak boleh tercerabut dari akar budayanya dalam menyampaikan sesuatu dihadapan publik,” pungkasnya.

Bukan itu saja, ada sebuah adigum dalam budaya orang Batak yang menyebut ‘Manghuling do Mudar’ artinya, lanjut Parlin, ia sebagai marga Sianipar juga merasa tidak respek dengan tudingan Masinton Pasaribu terhadap marga Panjaitan yang notabene adalah abangan marga mereka. (JNS/JJ)