KPA Forester Desak Pemerintah Relokasi PT Virco, Jangan Ada Pembiaran

P.SIDEMPUAN – Dugaan pencemaran lingkungan yang dilakukan sebuah perusahaan karet PT Virco yang bediri megah di tengah pemukiman padat penduduk di Kota Padang Sidempuan terus menuai sorotan hingga menyita perhatian publik, Kamis (3/2/2022).

Seorang aktivis Konservasi Alam dan Lingkungan Riski Sumanda, bersama kuasa hukumnya Abdur Razzak Harahap meminta Pemko Padang Sidempuan agar pabrik karet tersebut harus direlokasi karena berada di pusat kota.

Riski mengakui tengah menyiapkan beberapa data yang diminta Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 (PSLB3) Kementerian LHK mengenai pencemaran lingkungan yang dilakukan PT Virco.

“Dalam beberapa hari ke depan kami selaku pendiri KPA Forester Tangsel dan Yayasan Forester Indonesia akan menyiapkan beberapa data yang diminta oleh Ditjen PSLB3 KLHK,” tulis Riski Sumanda yang diterima jelajahnews.id via WhatsApp, Kamis (3/2/2022).

Dalam hal ini, Riski menduga Pemko Padang Sidempuan tidak memahami Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2021 tentang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, dan hal ini sangat-sangat disayangkan oleh pihaknya.

Riski mengecam serta menyayangkan sikap Pemko Padang Sidempuan dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup Padang Sidempuan. Pihaknya menduga Dinas terkait tidak memahami persoalan tersebut.

Ia juga menduga pemerintah (Dinas Lingkungan Hidup) telah melakukan pembiarkan dan terkesan diam atas dugaan pencemaran lingkungan yang dilakukan PT Virco yang sudah berlangsung lama.

“Mengecam akan diamnya Pemko Padang Sidimpuan yang cenderung memberikan izin,” tegasnya.

Kata Riski, jika dalam beberapa hari ke depan proses pengumpulan data telah selesai, dan ternyata benar ditemukan adanya penyimpangan perpanjangan izin sehingga PT Virco tidak memiliki izin lingkungan, pihaknya akan segera melakukan gugatan.

“Jika benar adanya penyimpangan, tentu akan kita gugat,” tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, air limbah PT Virco yang memproduksi karet dikeluhkan puluhan warga di lingkungan perusahaan pada Rabu (26/1/2022) lalu.

Bukan hanya air limbah yang dikeluhkan, warga pun keberatan terhadap suara kebisingan dan asap yang kerap ditimbulkan pabrik karet itu.

“Dari dulu kita sudah merasa keberatan dengan kebisingan dan asap yang sehari-sehari kita hirup dari pabrik karet PT Virco. Tapi apa daya kita,” keluh Regar (70) yang tinggal dekat pabrik.

Sementara, seorang petani disekitar pabrik, Bayo lubis mengatakan air limbah PT Virco yang menggenangi tanaman miliknya dulu juga rusak parah dan gagal panen.

Kata Bayo, lantaran air limbah pabrik merusak tanamannya, ia terpaksa harus membuat system buka tutup aliran air yang mengarah ke tanaman miliknya.

“Dulu tanaman saya rusak gara-gara air limbah pabrik karet itu, sekarang saya tutup airnya kalau mereka lagi masak karet, tapi kalau mereka nggak masak lagi baru aku buka aliran air nya,” ujar Bayo Lubis kebunnya tak jauh dari pabrik. (SJN/Irul).